Diberdayakan oleh Blogger.

Evan Dimas: Definisi Pemain Terbaik Indonesia


Evan Dimas berdoa usai tiga kali menjebol gawang Korea Selatan di Stadion GBK. (ANTARA/Ismar Patrizki)


Ditulis oleh: Sirajudin Hasbi


“Pemain terbaik Indonesia itu yang memiliki kecepatan, bisa menggiring bola melewati dua tiga pemain, entah umpannya nanti bagus atau tidak itu urusan belakangan,” begitu ujar saya kepada seorang rekan ketika membicarakan persepakbolaan Indonesia.

Ungkapan saya itu bukan tanpa dasar, tetapi memang begitulah kenyataannya. Pemain terbaik yang biasanya diapresiasi oleh penonton sepak bola Indonesia memang umumnya memiliki kecepatan dan lihai menggiring bola. Untuk urusan memberikan umpan, pemain kita tak banyak yang bagus. Sebut saja pemain seperti Andik Vermansyah dan Okto Maniani, kekuatan keduanya jelas terletak di kecepatan dan menonjol karena suka berlama-lama dengan bola.

Pemahaman umum seperti itu tidak sepenuhnya salah. Tetapi, dalam sepak bola modern, bola-bola pendek dari kaki ke kaki jelas lebih efektif. Tentunya untuk melakukan itu dibutuhkan kemampuan mengumpan yang bagus. Hanya mengandalkan kecepatan lari tidak akan membuat tim manapun melaju ke Piala Dunia. Spanyol tidak memiliki banyak pemain yang cepat dan berpostur besar, tetapi umpan yang akurat terbukti mampu mendikte permainan lawan.

Inilah yang bisa kita lihat di timnas U-19. Timnas U-19 bisa berprestasi lantaran mulai memikirkan dengan benar bagaimana mengumpan dengan benar. Memang masih mengandalkan serangan dari sayap kanan dan kiri yang mengandalkan kecepatan pemain, karena ini memang kekuatan sepak bola kita, tetapi Indra Sjafri benar-benar serius membenahi teknik mengumpan pemain kita. Bola panjang hanya dipergunakan sesekali, lebih banyak mengalirkan bola dengan umpan pendek. Umpan silang pun lebih banyak dengan model umpan diagonal mendatar yang terbukti lebih efektif. 

Pengumpan Sekaligus Penyelesai Serangan

Indra Sjafri beruntung memiliki jenderal lapangan tengah seperti Evan Dimas. Pemuda asal Surabaya kelahiran 13 Maret 1995 ini merupakan pemain langka yang ada di Indonesia. Dia bisa memberi umpan pendek dan panjang dengan sama baiknya. Mampu menciptakan ruang untuk dirinya sendiri dan juga bagi rekan-rekannya untuk memperoleh peluang.

Jika dibandingkan dengan pengatur serangan di timnas senior seperti Firman Utina maupun Egi Melgiansyah, bisa dibilang kemampuan Evan Dimas lebih baik. Tanpa mengurangi rasa hormat pada dua pemain yang lebih senior, Evan Dimas memiliki keunggulan dalam akurasi memberi umpan dan dia mengerti benar kapan harus memberi umpan pendek maupun umpan panjang langsung ke depan.

Dia memiliki akurasi umpan yang sangat tinggi dan di atas rata-rata pemain Indonesia. Saat menghadapi Brunei Darussalam, dari catatan @labbola, Evan Dimas bisa menghasilkan akurasi umpan mencapai 91 persen, 87 umpan tepat sasaran dari 95 kali percobaan. Dia juga mencetak dua assist. Di pertandingan lain rata-rata Evan Dimas mencetak akurasi umpan di atas 80%, angka yang tinggi untuk ukuran pemain Indonesia.

Saat menghadapi Korea Selatan dia mampu mencetak tiga gol, Evan Dimas tercatat pula sebagai pemain yang paling banyak melepaskan umpan. Dari data @labbola, Evan Dimas melepaskan 59 umpan dengan akurasi 83 persen.

Evan Dimas disebut lihai mengatur serangan tidak hanya karena akurasi umpannya, tetapi seperti yang sudah dibilang dia punya visi permainan yang membuatnya tahu kapan harus membagi bola pendek atau panjang. Saat menghadapi Korea Selatan, hal itu sangat terlihat bagaimana dia bisa membagi dengan adil ke sisi kiri ataupun sisi kanan.

Di babak pertama, bola lebih banyak diarahkan ke Ilham Udin yang berada di sisi kiri. Gol pertama yang dicetak oleh Evan Dimas pun berasal dari sisi kiri. Sementara ketika mengetahui sisi kiri Korea Selatan mengendur, dia lebih sering mengirim umpan ke Maldini Pali yang berada di sisi kanan. Dua gol Evan Dimas merupakan kreasi dari Maldini Pali di sisi kanan yang sebelumnya juga menerima umpan dari dirinya.

Menariknya lagi, Evan Dimas ini bisa mengatur serangan sekaligus sebagai penyelesai akhir serangan. Di laga menghadapi Korea Selatan dia mencetak semua gol yang membuat Indonesia menang 3-2. Dia pula yang menjadi pemain dengan tendangan ke arah gawang terbanyak. Evan melakukan 4 kali percobaan tendangan ke arah gawang dengan akurasi 75 persen atau tiga di antaranya tepat sasaran dan ketiganya menjadi gol (data Labbola).

Hal itu juga didukung kemampuan kaki kanan dan kirinya yang sama baiknya. Tidak ada masalah baginya untuk menyelesaikan peluang dengan kaki kanan ataupun kaki kiri. Dia bisa melakukan itu juga lantaran dia mampu menciptakan ruang untuk dirinya sendiri. Memulai pertandingan dengan formasi 4-3-3, di babak kedua Evan Dimas lebih terlibat sebagai pemain bebas dalam formasi 4-2-1-3.

Nampaknya pendidikan The Chance di Barcelona tahun lalu membuatnya memiliki visi bermain yang sangat bagus. Nomor punggung 6 yang dipilihnya nampaknya dikarenakan dia begitu mengidolai Xavi Hernandez, gelandang Barcelona, yang gaya bermainnya mirip dengannya. Handal sebagai pengatur serangan sekaligus bisa menyelesaikan peluang.

Masih Perlu Mengasah Tendangan Pojok

Evan Dimas juga memiliki kemampuan bagus dalam mengeksekusi tendangan bebas. Bersama dengan Hargianto dan Zulfiandi, Evan Dimas biasa ditunjuk sebagai eksekutor tendangan bebas. Evan juga biasa ditunjuk melakukan tendangan penalti, seperti kala menghadapi Thailand di Piala AFF U-19 lalu. Walaupun dia pernah gagal pula saat adu tendangan penalti di final Piala AFF U-19 menghadapi Vietnam.

Jika dilihat dari kemampuannya, level Evan Dimas memang sudah bukan nasional tetapi internasional, setidaknya di Asia Tenggara. Satu hal yang membuatnya masih punya citarasa Indonesia adalah sepak pojoknya yang masih sangat Indonesia. Ketika melakukan tendangan pojok, bola sepakan Evan masih melambung tinggi seperti kebanyakan pemain Indonesia lain, sehingga sulit dimanfaatkan oleh rekannya. Jadi, pekerjaan rumah untuk Evan sekarang selain menjaga kebugaran fisiknya selama masa libur, dia juga harus melatih tendangan pojoknya mengingat selama ini dia yang paling sering ditugasi untuk melakukannya.

Selama masa libur ini, Evan Dimas banyak memperoleh undangan ke sekolah-sekolah, seperti sekolahnya dulu, SD N Made I, MTsN 2 Surabaya, serta SMA Safta. Namun, sebagai pesepakbola dia sadar untuk tetap menjaga fisiknya. Oleh karenanya, Evan berlatih bersama klub lamanya, Mitra Surabaya.

Semoga Evan Dimas tetap terus rendah hati dan merasa bahwa dirinya masih perlu memperbaiki diri. Ada banyak rintangan ke depannya. Apa yang dia capai sekarang ini masih jauh dari yang mungkin dia impikan untuk bangsa ini.

Terima kasih Evan Dimas untuk gelar Piala AFF U-19 dan lolosnya timnas ke Piala Asia U-19.

Namun, ungkapan terima kasih terbesar dari penulis untuk Evan Dimas adalah karena dia telah membuat standar baru sebagai “pemain terbaik Indonesia”. Setelah kehadiran Evan Dimas, semoga pemain terbaik Indonesia bukan hanya yang memiliki kecepatan dan lihai menggiring bola, tetapi yang terpenting bisa memberi umpan dengan benar karena pada dasarnya bola yang diumpan antar pemain tetap lebih cepat bergulir dibanding bola yang digiring oleh pemain.

1 komentar:

  1. Yang mau garapan gratis, sini merapat.

    NO TIPU TIPU !!!
    Tanpa modal, Banyak untung nya...
    Daripada penasaran, langsung cek saja link nya.

    mltd-idn..com/8d3e8

    BalasHapus