Diberdayakan oleh Blogger.

Profil Zulfiandi, Gelandang Komplet Timnas


Zulfiandi (tengah). (ANTARA/Ismar Patrizki)

Ditulis oleh: Aditya Nugroho


Tidak bisa dipungkiri, salah satu kunci kesuksesan tim nasional sepak bola Indonesia U-19 adalah lini tengah yang kokoh sekaligus cair dan kreatif. Dengan pola 4-3-3 yang diterapkan pelatih Indra Sjafri, tiga gelandang yang diturunkan memiliki tugas yang tentu saja berat karena pada dasarnya mereka harus menjembatani lini depan dan tengah. Bahkan dengan ciri permainan kolektif yang dikembangkan timnas U-19, tugas mencetak gol juga dilimpahkan kepada barisan gelandang.

Gol memang momen yang ditunggu-tunggu dalam sebuah pertandingan, tidak mengherankan jika nama pencetaknya begitu dielu-elukan oleh para pendukung. Dalam hal ini, nama Evan Dimas sebagai gelandang serang yang produktif sangat diidolakan publik Indonesia kini. Evan bahkan dua kali menorehkan hat-trick ke gawang Thailand di Piala AFF U-19 dan Korea Selatan di kualifikasi Piala Asia U-19, hal yang tentu menjadikannya pemain paling banyak mendapat pujian. Meski demikian, kita juga perlu mengapresiasi peran rekan sang kapten di lini tengah, yaitu Zulfiandi.

Zulfiandi bersama Muhammad Hargianto memang ditugasi untuk menjadi duet gelandang jangkar yang fungsinya melapis lini belakang dan memotong serangan lawan. Dengan fungsi itu pula Evan Dimas yang berposisi lebih ke depan sangat terbantu dengan keberadaan dua rekannya ini. Ada keunikan yang menguntungkan dimiliki oleh ketiganya, yaitu kemampuan mengeksekusi bola mati. Dalam laga lawan Filipina, baik Evan maupun Hargianto dan Zulfiandi bergantian ditugasi mengeksekusi tendangan bebas. Ketiganya mampu melakukan dengan baik dan salah satunya membuahkan gol lewat Hargianto. 

Meski memiliki peran yang hampir sama dengan Hargianto, yaitu menjadi gelandang jangkar, namun kedua pemain memiliki karakter berbeda. Hargianto, yang memiliki kemampuan mengirim umpan-umpan panjang akurat dan mengatur tempo permainan cenderung bermain lebih ke dalam. Ia kerap membuka ruang yang memungkinkan empat pemain belakang untuk memberinya umpan pendek, untuk selanjutnya ia olah bersama tiga rekannya di lini tengah. Sementra Zulfiandi memiliki kelebihan berupa kecepatan, stamina dan kemampuan melakukan dribel-dribel jarak pendek yang berguna untuk membongkar pertahanan lawan. Tendangan jarak jauhnya juga keras dan akurat.

Zul, begitu gelandang berusia 18 tahun asal klub PSSB Bireun ini biasa disapa, memang memiliki postur yang atletis. Ia juga kerap terlihat di mana-mana karena staminanya yang prima. Meski kerap membantu serangan hingga ke garis pertahanan lawan, Zul tetap disiplin menjadi orang pertama yang menjadi penghalau serangan lawan dari tengah. Jika terus bermain konsisten, ia dapat tumbuh menjadi seorang gelandang yang komplet.

“Tugas saya memang sangat berat. Sebagai pemain jangkar, saya harus menjadi pemain pertama yang menghalau serangan lawan dari lini tengah. Semua itu saya lakukan demi negara.” Ujar Zul menggambarkan perannya di lapangan dalam sebuah wawancara.

Tim nasional Indonesia U-19 memang mengusung pemain-pemain yang berbeda dalam perjalanan mereka sejak Piala AFF U-19 hingga terakhir menghadapi Korea Selatan beberapa waktu lalu. Komposisi lini tengahpun demikian. Pelatih Indra Sjafri tidak langsung menemukan trio terbaik pada diri Evan Dimas, Zulfiandi dan Hargianto. Pada laga pembuka Piala AFF U-19 misalnya, Zulfiandi tidak dipasang sebagai starter. Namun kemudian, performa timnas berangsur impresif dengan hadirnya Zulfiandi melengkapi trio gelandang. Hal inilah yang kemudian seperti mematenkan tempat mereka.

Zulfiandi mengawali karir dengan berbagai kesulitan seperti ketidakmampuan membeli sepatu karena masalah ekonomi. Saat itu, tanpa sepengetahuan orang tuanya Zul memilih untuk menabung sedikit demi sedikit. Setelah terkumpul sejumlah uang, barulah ayahnya menambahkan setelah mengetahui bahwa anaknya itu sangat membutuhkan sepatu baru. Hingga saat ini, Zul masih menyimpan sepatu tersebut sebagai kenang-kenangan.

Pemain yang mengidolakan gelandang Barcelona, Sergio Busquets itu juga tidak mengawali karirnya sebagai gelandang, melainkan penyerang. Tidak mengherankan jika ia memiliki tendangan keras dan akurat. Pelatihnya di SSB Brata Reuleut Bireun, Rukma Amin kemudian menggeser posisinya ke gelandang. Ia melihat visi permainan yang bagus pada pemain kelahiran 17 Juli 1995 ini akan lebih berguna jika ditempatkan sebagai gelandang. Zulfiandi juga mengakui bahwa keputusan Rukma Amin ini adalah sebuah fase penting dalam pembentukan karakter permainannya. Ia tidak ragu menjadikan pelatih ini sebagai sosok yang berjasa dalam perjalanan karirnya yang baru seumur jagung ini.

Ya, bagaimanapun perjalanan karir Zulfiandi dan seluruh penggawa tim nasional U-19 ini masih panjang. Jalan menuju kesuksesan memang terbuka lebar, namun jangan lupakan bahwa jalan menuju kemandekan dan kegagalan juga terbuka sama lebarnya. Ekspektasi dan pujian-pujian yang berlebihan, berbagai undangan jamuan makan yang datang dari pejabat, juga penyambutan meriah yang diberikan kepada para pemain yang pulang ke kampung halamannya harus tetap disikapi dengan bijak oleh para pemain.   

0 komentar:

Posting Komentar