Diberdayakan oleh Blogger.

Timnas U23 Melaju Ke Semifinal Setelah Kalahkan Myanmar



  Pesepakbola Indonesia meluapkan emosinya saat pertandingan sepakbola babak penyisihan Sea Games 2013 melawan Myanmar di Stadion Youth Training Center Yangon, Senin (17/12).  (Republika/Edwin Dwi Putranto) 

















Pesepakbola Indonesia meluapkan emosinya saat pertandingan sepakbola babak penyisihan Sea Games 2013 melawan Myanmar di Stadion Youth Training Center Yangon, Senin (17/12). (Republika/Edwin Dwi Putranto)
REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYITAW -- Pelatih Timnas Indonesia U-23, Rahmad Darmawan tak bisa menyembunyikan kegembiraanya, setelah Garuda Muda memastikan satu tempat di babak semifinal sepak bola SEA Games 2013.

Timnas Indonesia U-23 memastikan lolos ke semifinal setelah mengalahkan Myanmar 1-0 pada pertandingan penyisihan Grup B SEA Games 2013 di Thuwunna Stadium Yangon, Myanmar, Senin (16/12).

Kemenangan itu membuat Timnas Garuda Muda mengemas tujuh poin dari empat pertandingan. Poin Garuda Muda sama dengan Myanmar, namun unggul 'head to head'.

"Alhamdulillah ini berkat Tuhan, dan saya pikir hari ini semua pemain punya permainan yang baik. Saya pikir kami tinggal menunggu siapa lawan kami antara Malaysia atau Vietnam," kata Rahmad Darmawan.

Pelatih yang akrab disapa RD itu mengatakan, kemenangan atas tuan rumah Myanmar akan dijadikan batu loncatan untuk bermain dengan baik pada babak selanjutnya. Bisa dipastikan pertandingan dibabak semifinal akan lebih ketat.

Kareanya, RD menyebut, hal terpenting setelah mengalahkan Myanmar adalah secepatnya mengembalikan kebugaran pemain. Hal ini dilakukan agar performa pemain secepatnya kembali demi menjalani pertandingan semifinal.

"Kami tidak ingin berhenti sampai disini. Saya pikir pemain dalam posisi underdog. Makanya saya tekankan kepada pemain untuk bermain lebih santai dan menikmati pertandigan di laga selanjutnya," papar RD.

Mantan pelatih Arema Indonesia itu menambahkan, selain segera mengembalikan kebugaraan pihaknya akan segera mencari strategi untuk menghadapi lawan ditahap berikutnya. Begitu juga dengan menyiapkan pemain.

Indonesia lolos ke semifinal berkat gol tunggal Alfin Tuasalamony melalui tendangan penalti pada menit 36. Penalti ini terjadi setelah mantan pemain CS Vise ini dilanggar pemain tuan rumah.

Mampu unggul, Indonesia terus mendapatkan tekanan dari tuan rumah. Apalagi Myanmar hanya butuh hasil seri untuk lolos ke semifinal. Namun, upaya yang mereka lakukan tidak membuahkan hasil.

Pada pertandingan penentuan ini juga diwarnai dengan masuknya suporter ke lapangan serta pelemparan benda-benda keras ke lapangan. Hanya saja gangguan itu tidak menyurutkan perjuangan timnas Indonesia.

Sesuai jadwal, Timnas Garuda Muda pada babak semifinal akan menghadapi juara Grup A. Adapun pertandingan semifinal akan digelar di Stadion Zeyar Thiri Naypyitaw, Kamis (19/12).

Profil Zulfiandi, Gelandang Komplet Timnas


Zulfiandi (tengah). (ANTARA/Ismar Patrizki)

Ditulis oleh: Aditya Nugroho


Tidak bisa dipungkiri, salah satu kunci kesuksesan tim nasional sepak bola Indonesia U-19 adalah lini tengah yang kokoh sekaligus cair dan kreatif. Dengan pola 4-3-3 yang diterapkan pelatih Indra Sjafri, tiga gelandang yang diturunkan memiliki tugas yang tentu saja berat karena pada dasarnya mereka harus menjembatani lini depan dan tengah. Bahkan dengan ciri permainan kolektif yang dikembangkan timnas U-19, tugas mencetak gol juga dilimpahkan kepada barisan gelandang.

Gol memang momen yang ditunggu-tunggu dalam sebuah pertandingan, tidak mengherankan jika nama pencetaknya begitu dielu-elukan oleh para pendukung. Dalam hal ini, nama Evan Dimas sebagai gelandang serang yang produktif sangat diidolakan publik Indonesia kini. Evan bahkan dua kali menorehkan hat-trick ke gawang Thailand di Piala AFF U-19 dan Korea Selatan di kualifikasi Piala Asia U-19, hal yang tentu menjadikannya pemain paling banyak mendapat pujian. Meski demikian, kita juga perlu mengapresiasi peran rekan sang kapten di lini tengah, yaitu Zulfiandi.

Zulfiandi bersama Muhammad Hargianto memang ditugasi untuk menjadi duet gelandang jangkar yang fungsinya melapis lini belakang dan memotong serangan lawan. Dengan fungsi itu pula Evan Dimas yang berposisi lebih ke depan sangat terbantu dengan keberadaan dua rekannya ini. Ada keunikan yang menguntungkan dimiliki oleh ketiganya, yaitu kemampuan mengeksekusi bola mati. Dalam laga lawan Filipina, baik Evan maupun Hargianto dan Zulfiandi bergantian ditugasi mengeksekusi tendangan bebas. Ketiganya mampu melakukan dengan baik dan salah satunya membuahkan gol lewat Hargianto. 

Meski memiliki peran yang hampir sama dengan Hargianto, yaitu menjadi gelandang jangkar, namun kedua pemain memiliki karakter berbeda. Hargianto, yang memiliki kemampuan mengirim umpan-umpan panjang akurat dan mengatur tempo permainan cenderung bermain lebih ke dalam. Ia kerap membuka ruang yang memungkinkan empat pemain belakang untuk memberinya umpan pendek, untuk selanjutnya ia olah bersama tiga rekannya di lini tengah. Sementra Zulfiandi memiliki kelebihan berupa kecepatan, stamina dan kemampuan melakukan dribel-dribel jarak pendek yang berguna untuk membongkar pertahanan lawan. Tendangan jarak jauhnya juga keras dan akurat.

Zul, begitu gelandang berusia 18 tahun asal klub PSSB Bireun ini biasa disapa, memang memiliki postur yang atletis. Ia juga kerap terlihat di mana-mana karena staminanya yang prima. Meski kerap membantu serangan hingga ke garis pertahanan lawan, Zul tetap disiplin menjadi orang pertama yang menjadi penghalau serangan lawan dari tengah. Jika terus bermain konsisten, ia dapat tumbuh menjadi seorang gelandang yang komplet.

“Tugas saya memang sangat berat. Sebagai pemain jangkar, saya harus menjadi pemain pertama yang menghalau serangan lawan dari lini tengah. Semua itu saya lakukan demi negara.” Ujar Zul menggambarkan perannya di lapangan dalam sebuah wawancara.

Tim nasional Indonesia U-19 memang mengusung pemain-pemain yang berbeda dalam perjalanan mereka sejak Piala AFF U-19 hingga terakhir menghadapi Korea Selatan beberapa waktu lalu. Komposisi lini tengahpun demikian. Pelatih Indra Sjafri tidak langsung menemukan trio terbaik pada diri Evan Dimas, Zulfiandi dan Hargianto. Pada laga pembuka Piala AFF U-19 misalnya, Zulfiandi tidak dipasang sebagai starter. Namun kemudian, performa timnas berangsur impresif dengan hadirnya Zulfiandi melengkapi trio gelandang. Hal inilah yang kemudian seperti mematenkan tempat mereka.

Zulfiandi mengawali karir dengan berbagai kesulitan seperti ketidakmampuan membeli sepatu karena masalah ekonomi. Saat itu, tanpa sepengetahuan orang tuanya Zul memilih untuk menabung sedikit demi sedikit. Setelah terkumpul sejumlah uang, barulah ayahnya menambahkan setelah mengetahui bahwa anaknya itu sangat membutuhkan sepatu baru. Hingga saat ini, Zul masih menyimpan sepatu tersebut sebagai kenang-kenangan.

Pemain yang mengidolakan gelandang Barcelona, Sergio Busquets itu juga tidak mengawali karirnya sebagai gelandang, melainkan penyerang. Tidak mengherankan jika ia memiliki tendangan keras dan akurat. Pelatihnya di SSB Brata Reuleut Bireun, Rukma Amin kemudian menggeser posisinya ke gelandang. Ia melihat visi permainan yang bagus pada pemain kelahiran 17 Juli 1995 ini akan lebih berguna jika ditempatkan sebagai gelandang. Zulfiandi juga mengakui bahwa keputusan Rukma Amin ini adalah sebuah fase penting dalam pembentukan karakter permainannya. Ia tidak ragu menjadikan pelatih ini sebagai sosok yang berjasa dalam perjalanan karirnya yang baru seumur jagung ini.

Ya, bagaimanapun perjalanan karir Zulfiandi dan seluruh penggawa tim nasional U-19 ini masih panjang. Jalan menuju kesuksesan memang terbuka lebar, namun jangan lupakan bahwa jalan menuju kemandekan dan kegagalan juga terbuka sama lebarnya. Ekspektasi dan pujian-pujian yang berlebihan, berbagai undangan jamuan makan yang datang dari pejabat, juga penyambutan meriah yang diberikan kepada para pemain yang pulang ke kampung halamannya harus tetap disikapi dengan bijak oleh para pemain.   

Evan Dimas: Definisi Pemain Terbaik Indonesia


Evan Dimas berdoa usai tiga kali menjebol gawang Korea Selatan di Stadion GBK. (ANTARA/Ismar Patrizki)


Ditulis oleh: Sirajudin Hasbi


“Pemain terbaik Indonesia itu yang memiliki kecepatan, bisa menggiring bola melewati dua tiga pemain, entah umpannya nanti bagus atau tidak itu urusan belakangan,” begitu ujar saya kepada seorang rekan ketika membicarakan persepakbolaan Indonesia.

Ungkapan saya itu bukan tanpa dasar, tetapi memang begitulah kenyataannya. Pemain terbaik yang biasanya diapresiasi oleh penonton sepak bola Indonesia memang umumnya memiliki kecepatan dan lihai menggiring bola. Untuk urusan memberikan umpan, pemain kita tak banyak yang bagus. Sebut saja pemain seperti Andik Vermansyah dan Okto Maniani, kekuatan keduanya jelas terletak di kecepatan dan menonjol karena suka berlama-lama dengan bola.

Pemahaman umum seperti itu tidak sepenuhnya salah. Tetapi, dalam sepak bola modern, bola-bola pendek dari kaki ke kaki jelas lebih efektif. Tentunya untuk melakukan itu dibutuhkan kemampuan mengumpan yang bagus. Hanya mengandalkan kecepatan lari tidak akan membuat tim manapun melaju ke Piala Dunia. Spanyol tidak memiliki banyak pemain yang cepat dan berpostur besar, tetapi umpan yang akurat terbukti mampu mendikte permainan lawan.

Inilah yang bisa kita lihat di timnas U-19. Timnas U-19 bisa berprestasi lantaran mulai memikirkan dengan benar bagaimana mengumpan dengan benar. Memang masih mengandalkan serangan dari sayap kanan dan kiri yang mengandalkan kecepatan pemain, karena ini memang kekuatan sepak bola kita, tetapi Indra Sjafri benar-benar serius membenahi teknik mengumpan pemain kita. Bola panjang hanya dipergunakan sesekali, lebih banyak mengalirkan bola dengan umpan pendek. Umpan silang pun lebih banyak dengan model umpan diagonal mendatar yang terbukti lebih efektif. 

Pengumpan Sekaligus Penyelesai Serangan

Indra Sjafri beruntung memiliki jenderal lapangan tengah seperti Evan Dimas. Pemuda asal Surabaya kelahiran 13 Maret 1995 ini merupakan pemain langka yang ada di Indonesia. Dia bisa memberi umpan pendek dan panjang dengan sama baiknya. Mampu menciptakan ruang untuk dirinya sendiri dan juga bagi rekan-rekannya untuk memperoleh peluang.

Jika dibandingkan dengan pengatur serangan di timnas senior seperti Firman Utina maupun Egi Melgiansyah, bisa dibilang kemampuan Evan Dimas lebih baik. Tanpa mengurangi rasa hormat pada dua pemain yang lebih senior, Evan Dimas memiliki keunggulan dalam akurasi memberi umpan dan dia mengerti benar kapan harus memberi umpan pendek maupun umpan panjang langsung ke depan.

Dia memiliki akurasi umpan yang sangat tinggi dan di atas rata-rata pemain Indonesia. Saat menghadapi Brunei Darussalam, dari catatan @labbola, Evan Dimas bisa menghasilkan akurasi umpan mencapai 91 persen, 87 umpan tepat sasaran dari 95 kali percobaan. Dia juga mencetak dua assist. Di pertandingan lain rata-rata Evan Dimas mencetak akurasi umpan di atas 80%, angka yang tinggi untuk ukuran pemain Indonesia.

Saat menghadapi Korea Selatan dia mampu mencetak tiga gol, Evan Dimas tercatat pula sebagai pemain yang paling banyak melepaskan umpan. Dari data @labbola, Evan Dimas melepaskan 59 umpan dengan akurasi 83 persen.

Evan Dimas disebut lihai mengatur serangan tidak hanya karena akurasi umpannya, tetapi seperti yang sudah dibilang dia punya visi permainan yang membuatnya tahu kapan harus membagi bola pendek atau panjang. Saat menghadapi Korea Selatan, hal itu sangat terlihat bagaimana dia bisa membagi dengan adil ke sisi kiri ataupun sisi kanan.

Di babak pertama, bola lebih banyak diarahkan ke Ilham Udin yang berada di sisi kiri. Gol pertama yang dicetak oleh Evan Dimas pun berasal dari sisi kiri. Sementara ketika mengetahui sisi kiri Korea Selatan mengendur, dia lebih sering mengirim umpan ke Maldini Pali yang berada di sisi kanan. Dua gol Evan Dimas merupakan kreasi dari Maldini Pali di sisi kanan yang sebelumnya juga menerima umpan dari dirinya.

Menariknya lagi, Evan Dimas ini bisa mengatur serangan sekaligus sebagai penyelesai akhir serangan. Di laga menghadapi Korea Selatan dia mencetak semua gol yang membuat Indonesia menang 3-2. Dia pula yang menjadi pemain dengan tendangan ke arah gawang terbanyak. Evan melakukan 4 kali percobaan tendangan ke arah gawang dengan akurasi 75 persen atau tiga di antaranya tepat sasaran dan ketiganya menjadi gol (data Labbola).

Hal itu juga didukung kemampuan kaki kanan dan kirinya yang sama baiknya. Tidak ada masalah baginya untuk menyelesaikan peluang dengan kaki kanan ataupun kaki kiri. Dia bisa melakukan itu juga lantaran dia mampu menciptakan ruang untuk dirinya sendiri. Memulai pertandingan dengan formasi 4-3-3, di babak kedua Evan Dimas lebih terlibat sebagai pemain bebas dalam formasi 4-2-1-3.

Nampaknya pendidikan The Chance di Barcelona tahun lalu membuatnya memiliki visi bermain yang sangat bagus. Nomor punggung 6 yang dipilihnya nampaknya dikarenakan dia begitu mengidolai Xavi Hernandez, gelandang Barcelona, yang gaya bermainnya mirip dengannya. Handal sebagai pengatur serangan sekaligus bisa menyelesaikan peluang.

Masih Perlu Mengasah Tendangan Pojok

Evan Dimas juga memiliki kemampuan bagus dalam mengeksekusi tendangan bebas. Bersama dengan Hargianto dan Zulfiandi, Evan Dimas biasa ditunjuk sebagai eksekutor tendangan bebas. Evan juga biasa ditunjuk melakukan tendangan penalti, seperti kala menghadapi Thailand di Piala AFF U-19 lalu. Walaupun dia pernah gagal pula saat adu tendangan penalti di final Piala AFF U-19 menghadapi Vietnam.

Jika dilihat dari kemampuannya, level Evan Dimas memang sudah bukan nasional tetapi internasional, setidaknya di Asia Tenggara. Satu hal yang membuatnya masih punya citarasa Indonesia adalah sepak pojoknya yang masih sangat Indonesia. Ketika melakukan tendangan pojok, bola sepakan Evan masih melambung tinggi seperti kebanyakan pemain Indonesia lain, sehingga sulit dimanfaatkan oleh rekannya. Jadi, pekerjaan rumah untuk Evan sekarang selain menjaga kebugaran fisiknya selama masa libur, dia juga harus melatih tendangan pojoknya mengingat selama ini dia yang paling sering ditugasi untuk melakukannya.

Selama masa libur ini, Evan Dimas banyak memperoleh undangan ke sekolah-sekolah, seperti sekolahnya dulu, SD N Made I, MTsN 2 Surabaya, serta SMA Safta. Namun, sebagai pesepakbola dia sadar untuk tetap menjaga fisiknya. Oleh karenanya, Evan berlatih bersama klub lamanya, Mitra Surabaya.

Semoga Evan Dimas tetap terus rendah hati dan merasa bahwa dirinya masih perlu memperbaiki diri. Ada banyak rintangan ke depannya. Apa yang dia capai sekarang ini masih jauh dari yang mungkin dia impikan untuk bangsa ini.

Terima kasih Evan Dimas untuk gelar Piala AFF U-19 dan lolosnya timnas ke Piala Asia U-19.

Namun, ungkapan terima kasih terbesar dari penulis untuk Evan Dimas adalah karena dia telah membuat standar baru sebagai “pemain terbaik Indonesia”. Setelah kehadiran Evan Dimas, semoga pemain terbaik Indonesia bukan hanya yang memiliki kecepatan dan lihai menggiring bola, tetapi yang terpenting bisa memberi umpan dengan benar karena pada dasarnya bola yang diumpan antar pemain tetap lebih cepat bergulir dibanding bola yang digiring oleh pemain.

Erick Thohir Siap Jadi 'Pelayan' Inter Milan dan Suporternya



Massimo Moratti (kiri), Erick Thohir and Angelo Mario Moratti
Massimo Moratti (kiri), Erick Thohir and Angelo Mario Moratti

REPUBLIKA.CO.ID, MILAN -- Pengusaha Indonesia, Erick Thohir akhirnya resmi menguasai klub besar Italia, Inter Milan. Erick bersama dengan Rosan Roeslani dan Handy Soetedjo, di bawah bendera perusahaan International Sports Capital (ISC) menandatangani perjanjian mengikat dengan Massimo Moratti.
Secara resmi, Erick memegang kendali 70 persen saham Inter Milan. Sebagai pemilik saham mayoritas, bos Mahaka Group ini mengaku tidak sabar ingin segera 'memoles' Nerazzurri.
"Saya adalah seorang pengusaha, tapi saya juga seorang suporter dan pecinta olah raga. Saya tak sabar untuk berbagi semangat pengalaman internasional yang saya miliki untuk melayani klub (Inter Milan) fantastis ini dan suporternya," kata Erick dalam rilis resmi Internazionale Milano, Selasa (15/10).
Erick mengaku merasa sangat istimewa telah menerima tongkat estafet berikutnya dari Moratti. Ia pun berharap Moratti tetap menjadi partner dalam meraih setiap kemenangan berikutnya.
Apalagi selama ini keluarga Moratti telah memberikan yang terbaik bagi Inter Milan. Sehingga membuat Inter Milan menjadi salah satu klub paling dihormati di seluruh dunia. Tentunya, dari kehebatan Inter di lapangan serta keterlibatan keluarga Moratti di dalam masyarakat.

Gagal Kalahkan Indonesia, Cina Salahkan Udara


 Pemain Timnas Indonesia Boaz Salosa (kiri) membayangi pemain Cina saat laga kualifikasi Piala Asia 2015 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (15/10).  (Republika/ Wihdan)
Pemain Timnas Indonesia Boaz Salosa (kiri) membayangi pemain Cina saat laga kualifikasi Piala Asia 2015 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (15/10). (Republika/ Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Caretaker Pelatih Timnas Cina, Fu Bo, kecewa dengan hasil imbang 1-1 saat anak asuhnya bertemu tuan rumah Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (15/10), dalam lanjutan laga Grup C kualifikasi Piala Asia 2015.
“Skor tidak memuaskan karena kami ke sini untuk mendapatkan tiga poin. Kami sedikit kurang beruntung,'' kata Fu Bo seperti dikutip situs resmi PSSI.
Jika saja dari awal mencetak gol, kata Fu Bo, Cina pasti mampu mengunci permainan dan mencetak lebih banyak gol. Dia menyesalkan banyak peluang yang tak bisa dikonversi menjadi gol.
Cina unggul lebih dulu berkat gol yang dicetak oleh Wu Xi pada menit ke-36. Namun, keunggulan tak bertahan lama setelah Boaz Solossa berhasil memaksimalkan umpan Ahmad Bustomi menjadi gol pada menit ke-67.

Meski menyesalkan hasilnya, Fu Bo enggan menyalahkan pemainnya. Ia menilai cuaca panas memengaruhi permainan anak asuh. “Udara sangat panas, seharusnya kami bisa mengontrol,” terang Fu Bo.

Imbang 1-1 Lawan Cina, Tibo Bilang 'Ini Kemenangan Yang Tertunda'



Titus Bonai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Timnas Senior Indonesia meraih hasil imbang 1-1 dari menjamu Cina di laga Grup C kualifikasi Piala Asia 2015 di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta, Selasa (15/10) malam.
Cina unggul lebih dulu berkat gol yang dicetak oleh Wu Xi pada menit ke-36. Namun, keunggulan Cina tak bertahan lama setelah Boaz Solossa berhasil memaksimalkan umpan Ahmad Bustomi menjadi gol pada menit ke-67.
Salah satu pemain Timnas Indonesia, Titus Bonai, mengaku puas dengan hasil pertandingan melawan Cina meski dia tidak mampu menciptakan gol.
"Kami tetap puas dengan hasil ini. Ini adalah kemenangan yang tertunda," kata Tibo, sapaan akrab Titus Bonai, seperti dikutip situs resmi PSSI.
Pemain klub Semen Padang itu baru dimasukan pada menit 44 menggantikan Slamet Nurcahyo. Masuknya pemain asal Papua itu membuat pola serangan timnas lebih variatif karena ada tiga pemain depan yang mempunyai kecepatan.

Hasilnya, pemain Semen Padang ini ikut andil dalam terciptanya gol Boaz Solossa pada menit 35. Gol ini membawa Indonesia meraih poin pertama pada kualifikas Piala Asia 2015 Grup C.

Berkat Tukang Ojek, Sahrul Kurniawan Masuk Timnas U-19



Timnas Indonesia U-19

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kisah bergabungnya Muhammad Sahrul Kurniawan ke Timnas U-19 ternyata cukup unik. Bakat bek asal Ngawi, Jawa Timur itu terpantau oleh pelatih Indra Sjafri berkat jasa seorang tukang ojek.

Indra memang gemar melakukan talent scouting ke daerah-daerah untuk menemukan para pemain terbaik. Salah satu metodenya adalah dengan mengajak timnas U-19 tur keliling daerah untuk menjalani uji coba melawan tim lokal.
Selain untuk mematangkan permainan tim, metode ini penting dilakukan agar bisa membandingkan pemain yang akan direkrut dengan pemain yang sudah ada di tim.

Kabupaten Ngawi menjadi salah satu dari daerah yang sempat dikunjungi Indra beserta anak-anak asuhnya pada 2012. Di saat itulah Indra menemukan bakat Sahrul yang merupakan anak dari seorang buruh tani.

"Saat itu, ada tukang ojek yang memberi tahu saya bahwa ada pemain bagus, yaitu Sahrul,"  kata Indra mengisahkan pengalamannya.

Indra kemudian meminta kepada tukang ojek tersebut untuk mengajak Sahrul  datang pada laga uji coba melawan Persiwangi Ngawi.
"Kami kasih ongkos ojek Rp 10 ribu. Kemudian saya meminta pelatih Persiwangi Ngawi untuk memainkan Sahrul. Dan memang Sahrul saat itu mampu bermain bagus," kata Indra.

Setelah itu, Sahrul mendapat kesempatan ikut seleksi lanjutan timnas melawan tim-tim lokal lain. Sahrul pun akhirnya terpilih dan mengenakan kostum Timnas untuk pertama kalinya pada turnamen Federasi Sepak Bola Hongkong 2013 dimana Indonesia keluar sebagai juara.

Sahrul pun terus menjelma sebagai bek andalan timnas Indonesia. Duetnya dengan Hansamu Yama Pranata di barisan pertahanan timnas, berhasil membawa Indonesia menjuarai Piala AFF 2013 dan lolos kualifikasi Piala Asia 2014.